I. PENDAHULUAN
1.1. Sejarah penyebaran tomat
Kata
tomat berasal dari bahasa Aztek, salah satu suku Indian yaitu xitomate
atau xitotomate. Tanaman tomat berasal dari negara Peru dan Ekuador,
kemudian menyebar ke seluruh Amerika, terutama ke wilayah yang beriklim
tropik, sebagai gulma. Penyebaran tanaman tomat ini dilakukan oleh
burung yang makan buah tomat dan kotorannya tersebar kemana-mana.
Penyebaran tomat ke Eropa dan Asia dilakukan oleh orang Spanyol. Tomat
ditanam di Indonesia sesudah kedatangan orang Belanda. Dengan demikian,
tanaman tomat sudah tersebar ke seluruh dunia, baik di daerah tropik
maupun subtropik.
1.2. Sentra Penanaman
Sentra
penanaman tomat di dunia adalah di Jepang, China, Taiwan, sedangkan di
Indonesia adalah daerah Malang. Gambar samping merupakan salah satu
contoh penanaman tomat yang dilakukan dalam green house di Prefektur Gunma, Jepang.
1.3. Jenis Tanaman
Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan.
Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicon (Lycopersicum)
Species : Lycopersicon esculentum Mill.
Dari
sekian banyak varietas tomat yang ada, yang banyak ditanam petani
adalah tomat varietas ratna, berlian, precious 206, kingkong dan intan.
Sedangkan dari hasil survei yang telah dilakukan di lapangan varietas
yang digunakan adalah varietas Artaloka.
1.4. Manfaat Tanaman
Tomat
sangat bermanfaat bagi tubuh karena mengandung vitamin dan mineral
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Buah tomat juga
mengandung karbohidrat, protein, lemak dan kalori. Buah tomat juga
adalah komoditas yang multiguna berfungsi sebagai sayuran, bumbu masak,
buah meja, penambah nafsu makan, minuman, bahan pewarna makanan,
sampai kepada bahan kosmetik dan obat-obatan.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
1.
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 750
mm-1.250 mm/tahun. Keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air
tanah bagi tanaman, terutama di daerah yang tidak terdapat irigasi
teknis. Curah hujan yang tinggi (banyak hujan) juga dapat menghambat
persarian.
2. Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman tomat
mudah terserang penyakit, baik parasit maupun non parasit. Sinar
matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten
(provitamin A) yang lebih tinggi. Penyerapan unsur hara yang maksimal
oleh tanaman tomat akan dicapai apabila pencahayaan selama 12-14
jam/hari, sedangkan intensitas cahaya yang dikehendaki adalah 0,25 mj/m2
per jam. Gambar di atas adalah dua orang treainee asal Indonesia yang
sedang magang di pertanian tomat di Prefektur Gunma, Jepang.
3.
Suhu udara rata-rata harian yang optimal untuk pertumbuhan tanaman
tomat adalah suhu siang hari 18-29 derajat C dan pada malam hari 10-20
derajat C. Untuk negara yang mempunyai empat musim digunakan heater (pemanas) untuk mengatur udara ketika musim dingin (Gambar samping), udara panas dari heater disalurkan ke dalam green house melalui saluran fleksibel warna putih.
4.
Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang pertumbuhan
untuk tanaman tomat yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih
baik melalui stomata yang membuka lebih banyak. Tetapi, kelembaban
relatif yang tinggi juga merangsang mikro organisme pengganggu tanaman.
2.2. Media Tanam
1.
Tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai tanah pasir
sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung
bahan organik serta unsur hara dan mudah merembeskan air. Selain itu
akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen, oleh karena itu
air tidak boleh tergenang.
2. Tanah dengan derajat keasaman (pH) berkisar 5,5-7,0 sangat cocok untuk budidaya tomat.
3.
Dalam pembudidayaan tanaman tomat, sebaiknya dipilih lokasi yang
topografi tanahnya datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras dan
tanggul.
2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman tomat dapat tumbuh
di berbagai ketinggian tempat, baik di dataran tinggi maupun di dataran
rendah, tergantung varietasnya. Tanaman tomat yang sesuai untuk
ditanam di dataran tinggi misalnya varietas berlian, varietas mutiara,
varietas kada. Sedangkan varietas yang sesuai ditanam di dataran rendah
misalnya varietas intan, varietas ratna, varietas berlian, varietas
LV, varietas CLN. Selain itu, ada varietas tanaman tomat yang cocok
ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi antara lain varietas
tomat GH 2, varietas tomat GH 4, varietas berlian, varietas mutiara.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Kriteria-kriteria teknis untuk seleksi biji/benih tanaman tomat adalah:
a) Pilih biji yang utuh, tidak cacat atau luka, karena biji yang cacat biasanya sulit tumbuh.
b) Pilih biji yang sehat, artinya biji tidak menunjukkan adanya serangan hama atau penyakit.
c) Benih atau biji bersih dari kotoran.
d) Pilih benih atau biji yang tidak keriput.
3.1.2. Penyiapan Benih
Pengadaan
benih tomat dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan cara
membeli benih yang telah siap tanam atau dengan membuat benih sendiri.
Apabila pengadaan benih dilakukan dengan membeli, hendaknya membeli
pada toko pertanian yang terpercaya menyediakan benih-benih yang
bermutu baik dan telah bersertifikat.
3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
Benih
atau biji-biji tomat yang telah terpilih sebelum disemaikan
didesinfektan. Caranya, dengan merendam benih kedalan larutan fungisida
agar mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit mati. Ada beberapa
cara menyemai pada bedeng persemaian. Cara pertama, benih tomat
ditaburkan merata pada permukaan bedeng, kemudian ditutup tanah
tipis-tipis. Bedeng dibuat guritan sedalam 1 cm dengan jarak antar
guritan 5 cm, lalu biji ditaburkan kedalan guritan secara merata dan
tidak saling tumpuk, kemudian ditutup kembali dengan tanah tipis-tipis.
Cara kedua, dengan menanamkan benih pada lubang-lubang tanam yang
dibuat dengan jarak 5 cm dan kedalaman lubang tanam sekitar 1 cm. Dalam
satu lubang tanam dapat diisikan 1 atau 2 benih, kemudian ditutup
tanah tipis-tipis. Cara ketiga, penyemaian dapat langsung dilakukan
pada kantong-kantong polybag yang telah diisi media tanam berupa tanah
dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Setiap kantong polybag diisi
satu benih saja dan tanamkan benih dengan kedalaman sekitar 1 cm.
Setelah biji ditanam, media semai sebaiknya dibasahi dengan air.
3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Selama
awal pertumbuhan, pemeliharaan bibit tanaman di persemaian harus
dilakukan secara intensif dengan pengawasan kontinyu. Pemeliharaan bibit
meliputi kegiatan-kegiatan:
1. Penyiraman
Penyiraman
dilakukan sejak benih ditaburkan ke bedeng pesemaian sampai tanaman
siap dipindah ke kebun. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi
dan sore hari. Penyiraman sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
alat/gembor yang memiliki lubang halus, agar tidak merusak bibit tanaman
yang sudah atau baru tumbuh.
2. Penyiangan
Penyiangan
dapat dilakukan dengan cara langsung mencabuti tanaman pengganggu
tanpa peralatan. Penyiangan sebaiknya dilakukan seperlunya saja dengan
melihat keadaan tanaman.
3. Pemupukan
Pada media
persemaian selain diberikan pupuk kandang, sebaiknya juga diberikan
pupuk kimia NPK secukupnya sebagai pupuk tambahan yang diberikan
setelah benih tumbuh menjadi bibit.
4. Pencegahan dan pemberantasan hama penyakit
Hama
yang umumnya menyerang benih atau bibit di pesemaian berasal dari
golongan serangga, seperti semut dan golongan nematoda, seperti cacing
tanah. Penyakit yang sering menyerang dari golongan cendawan. Untuk
mencegah berkembangnya hama dan penyakit dapat dilakukan sterilisasi
tanah. Untuk memberantas hama dan penyakit yang menyerang dapat
disemprotkan obat-obatan. Insektisida untuk memberantas hama dari
golongan serangga dan fungisida untuk memberantas penyakit yang
disebabkan oleh golongan jamur. Nama-nama formulasi yang dapat digunakan
antara lain Furadan 3 g, Dithane Hostathion dan Antracol.
3.1.5. Pemindahan Bibit
Bibit
tomat dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 30-45 hari di
persemaian. Pada saat dilakukan penanaman ke kebun, sebaiknya dilakukan
lagi terhadap bibit-bibit yang telah berumur 30-45 hari agar diperoleh
tanaman yang baik pertumbuhannya dan memiliki daya produktivitas tinggi
dalam menghasilkan buah. Untuk itu, bibit yang dipilih sebaiknya yang
berpenampilan menarik dan baik., yaitu penampakannya segar dan
daun-daunnya tidak rusak. Pilihlah bibit yang kuat, yaitu tegak
pertumbuhannya dan pilihlah bibit yang sehat, artinya bibit tidak
terserang hama dan penyakit.
Waktu yang baik untuk menanam
bibit tomat di kebun adalah pagi atau sore hari. Pada saat itu keadaan
cuaca belum panas sehingga mencegah kelayuan pada tanaman.
Ketika
memindah bibit di kebun, hendaknya memperhatikan cara-cara yang baik
dan benar. Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak perakaran
tanaman, sehingga pada saat bibit telah ditanam maka akan mengalami
hambatan dalam pertumbuhan bahkan mati.
Ada beberapa cara pemindahan bibit dari persemaian yaitu :
1.
Sistem cabut, yakni bibit yang telah tumbuh di persemaian dan cukup
umur dicabut dengan hati-hati. Namun, sebelum dilakukan pencabutan
bedeng persemaian harus dibasahi dengan air untuk memudahkan pencabutan
dan tidak merusak akar.
2. Sistem putaran, yaitu bibit diambil beserta tanahnya. Namun, sebelum bibit diambil tanah dibasahi dengan air telebih dahulu.
Kedua
cara tersebut terutama ditujukan untuk pembibitan yang secara langsung
dilakukan pada bedeng tanah persemaian sedangkan untuk bibit yang
disemaikan dalam bumbung atau polybag cara pemindahannya adalah basahi
bumbung terlebih dahulu, kemudian keluarkan bibit dari bumbung beserta
tanahnya dengan menyobek kantong polybag.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Pengolahan
tanah untuk penanaman bibit di kebun produksi harus memperhitungkan
waktu, antara lain lamanya bibit di persemaian hingga dapat dipindah
ditanam ke kebun dengan lamanya proses pengolahan tanah sampai siap
tanam. Lamanya waktu pembibitan sekitar 30-45 hari, sedangkan lamanya
pengolahan tanah yang intensif sampai siap tanam adalah 21 hari. Oleh
karena itu, agar tepat waktu penanamannya di kebun, jadwal pengolahan
tanahnya sebaiknya dilakukan 1-2 minggu setelah benih disemaikan.
3.2.2. Pembukaan Lahan
Pengolahan tanah yang intensif pada dasarnya melalui 3 tahap.
1.
Tahap pertama adalah membalik agregat tanah sehingga tanah yang berada
pada lapisan dalam dapat terangkat ke permukaan. Pengolah tanah tahap
ini sebaiknya dilakukan dengan bajak yang ditarik oleh tenaga hewan
atau dengan menggunakan traktor. Tanah diolah dengan kedalaman 25 cm-30
cm. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 1 minggu agar
bongkahan-bongkahan tanah hasil pembajakan cukup terkena angin, terkena
cahaya matahari, dan supaya terjadi proses oksidasi (pemasaman) zat-zat
beracun dari dalam tanah seperti asam sulfida yang sangat membahayakan
kehidupan tanaman.
2. Tahap kedua, tanah digemburkan
dengan cara dicangkul tipis-tipis sehingga diperoleh struktur tanah
yang gembur atau remah, sekaligus untuk meratakannya. Selanjutnya,
tanah hasil pengolahan tahap ini dibiarkan selama 1 minggu.
3.
Tahap ketiga, dilakukan pemupukan dasar dengan pupuk kandang yang masak
sebanyak 15-20 ton/ha. Pemberian pupuk kandang yang belum masak dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, bahkan dapat mematikan tanaman karena
akar tanaman tidak kuat menahan panas. Pada tahap ini, tanah yang telah
ditaburi pupuk kandang dicangkul kembali tipis-tipis dan diratakan.
3.2.3. Pembentukan Bedengan
Setelah
pengolahan tanah selesai dilakukan, selanjutnya dibuat bedeng-bedeng
membujur ke arah Timur Barat agar penyebaran cahaya matahari dapat
merata ke seluruh tanaman. Disamping pembuatan bedeng, juga dibuat
parit-parit atau selokan untuk irigasi. Bedengan dapat dibuat lebar
dengan ukuran lebar 1-1,2 m, panjang disesuaikan dengan keadaan lahannya
dan tinggi bedeng 30 cm. Jika penanaman tomat dilakukan pada musim
penghujan, bedengan dapat dibuat lebih tinggi yaitu 40-45 cm. Sedangkan
ukuran parit dibuat lebar 20-30 cm dan kedalamannya 30 cm. Dengan
demikian jarak antar bedeng adalah 20-30 cm. Kemudian pada sekeliling
petak-petak bedengan dibuat saluran pembuangan air dengan ukuran lebar
50 cm, dan kedalamannya 50 cm.
3.2.4. Pengapuran
Hal
lain yang perlu diperhatikan dalam pengolahan lahan atau penyiapan
lahan adalah pengapuran pada tanah-tanah yang terlalu asam dan tidak
sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman. Pengapuran ini diberikan
bersamaan dengan saat pengolahan tanah, sebab pada umumnya akar tanaman
tidak kuat terhadap pengapuran secara langsung, tanaman dapat menderita
gangguan pertumbuhan bahkan dapat mati. Kapur yang dapat digunakan
adalah kapur tohor, kapur karbonat, atau kapur tembok. Pengapuran,
selain menaikkan nilai pH tanah juga dapat memperbaiki struktur tanah,
mendorong aktivitas mikroorganisme tanah dalam membantu proses
penguraian bahan organik tanah dan menurunkan zat yang bersifat racun
tanpa menghilangkan zat-zat penting yang lain. Dosis pengapuran harus
memperhatikan nilai pH tanah setempat.
3.2.5. Pemupukan
Sebelum tanaman tomat ditanam, lahan harus diberi pupuk dasar. Pemupukan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1.
Kompos atau pupuk kandang yang telah jadi tanah dan TSP ditabur secara
merata ke seluruh bedengan. Selanjutnya, tanah dicangkul sampai
homogen agar kompos atau pupuk kandang dan TSP tercampur merata dengan
tanah.
2. Pada jarak yang telah ditentukan dibuat lubang sedalam +
15 cm dan bergaris tengah + 20 cm. Lubang-lubang tersebut kemudian
diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak 0,5 kg (satu genggam besar)
dan diberi TSP sebanyak + 5 gram. Lubang ditimbun tanah, kemudian
diaduk-aduk sehingga kompos atau pupuk kandang, TSP dan tanah tercampur
rata.
3.2.6. Pemberian Mulsa
Dewasa ini penggunaan
plastik hitam-perak sebagai mulsa (penutup tanah) telah banyak
dipergunakan oleh para petani. Penggunaan plastik hitam-perak sebagai
mulsa lebih praktis dibandingkan dengan penggunaan sisa-sisa tanaman
yang telah mati, misalnya jerami padi.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Tomat dapat ditanam dengan 2 macam jarak tanam yaitu dengan sistem dirempel dan sistem bebas.
1. Sistem dirempel
Jarak
tanam sistem ini adalah 50 cm x 50 cm atau 60 cm x 60 cm, bujur
sangkar atau segitiga sama sisi. Cara menanam dengan sistem ini
maksudnya yaitu tunas-tunas yang tumbuh diambil (dipotong) sedini
mungkin, sehingga tanaman hanya memiliki satu batang tanpa cabang.
2. Sistem bebas
Ukuran
jarak tanam sistem bebas adalah 80 cm x 100 cm; 80 cm x 80 cm; 80 cm x
100 cm; 100 cm x 100 cm. Bentuk yang digunakan dapat berupa bujur
sangkar, segipanjang atau segitiga sama sisi. Selain itu dapat juga
dibuat antar barisan berjarak 100 cm, dan dalam barisan berjarak 50-60
cm. Cara menanam dengan sistem ini bertujuan membiarkan tunas-tunas yang
tumbuh menjadi cabang-cabang besar dan dapat berubah.
3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Bedengan
yang telah dipersiapkan untuk penanaman bibit, sehari sebelumnya
hendaknya diairi terlebih dahulu supaya basah. Kemudian pada bedeng yang
telah tertutup mulsa plastik dibuat lubang tanam dengan diameter 7-8
cm sedalam 15 cm. Lubang-lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam
yang telah ditentukan.
3.3.3. Cara Penanaman
Penanaman
dapat dilakukan pada musim kemarau dan musim hujan. Apabila penanaman
dilakukan pada musim kemarau pakailah mulsa plastik hitam perak atau
kertas alumunium.Mulsa tersebut harus sudah dipasang di bedengan sebelum
bibit ditanam. Apabila tomat ditanam pada musim hujan pasanglah lebih
dahulu atap plastik transparan (tembus cahaya) pada bedengan yang akan
ditanami.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Penyulaman
adalah mengganti tanaman yang mati, rusak atau yang pertumbuhannya
tidak normal, misalnya tumbuh kerdil. Penyulaman sebaiknya dilakukan
seminggu setelah tanam. Namun jika satu minggu sudah terlihat adanya
tanaman yang mati, layu, rusak atau pertumbuhannya tidak normal,
penyulaman sebaiknya segera dilakukan. Hal lain yang juga harus
diperhatikan dalam penyulaman adalah bibit yang digunakan. Bibit yang
digunakan untuk menyulam diambil dari bibit cadangan yang telah
dipersiapkan sebelumnya bersamaan dengan bibit lain yang bukan bibit
cadangan.
Cara penyulamannya adalah apabila tanaman yang telah
mati, rusak, layu, atau pertumbuhannya tidak normal dicabut, kemudian
dibuat lubang tanam baru ditempat tanaman terdahulu, dibersihkan dan
diberi Furadan 0,5 gram bila dipandang perlu. Setelah itu, bibit yang
baru ditanam pada tempat tanaman terdahulu dengan cara penanaman bibit
terdahulu.
3.4.2. Penyiangan
Gulma yang tumbuh di areal
penanaman tomat harus disiangi agar tidak menjadi pesaing dalam
mengisap unsur hara. Gulma yang terlalu banyak akan mengurangi unsur
hara sehingga tanaman tomat menjadi kerdil. Gulma juga dapat menjadi
sarang hama dan penyakit yang akan menyerang tanaman tomat. Pemberian
mulsa plastik atau daun-daunan akan mengurangi gulma. Waktu penyiangan
dapat dilakukan 3-4 kali tergantung kondisi kebun.
3.4.3. Pembubunan
Tujuan
pembubunan adalah memperbaiki peredaran udara dalam tanah dan
mengurangi gas-gas atau zat-zat beracun yang ada di dalam tanah sehingga
perakaran tanaman akan menjadi lebih sehat dan tanaman akan menjadi
cepat besar. Tanah yang padat harus segera digemburkan. Pembubunan
dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak
perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang
berbahaya.
3.4.4. Perempalan
1. Tunas yang tumbuh di ketiak
daun harus segera dirempel/dipangkas agar tidak menjadi cabang.
Perempalan paling lambat dilakukan 1 minggu sekali. Pada tanaman tomat
yang tingginya terbatas, perempalannya harus dilakukan dengan hati-hati
agar tunas terakhir tidak ikut dirempel supaya tanaman tidak terlalu
pendek.
2. Perempalan yang baik dilakukan pada pagi hari agar
luka bekas rempalan cepat kering dengan cara: ujung tunas dipegang
dengan tangan yang bersih, lalu digerakkan ke kanan kiri sampai tunas
tersebut lepas. Apabila terlambat merempel, tunas akan cabang yang
besar dan sukar putus.
3. Tunas yang terlanjur menjadi cabang besar harus dipotong dengan pisau atau gunting tajam yang bersih.
4. Ketinggian tanaman tomat dapat dibatasi dengan memotong ujung tanaman apabila jumlah dompolan buah sudah mencapai 5-7 buah.
3.4.5. Pemupukan
Pemupukan bertujuan merangsang pertumbuhan tanaman. Tata cara pemupukan adalah:
1.
Setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu setelah ditanam, harus segera
diberi pupuk buatan. Dosis pupuk Urea dan KCl dengan perbandingan 1:1
untuk setiap tanaman antara 1-2 gram. Pemupukan dilakukan di sekeliling
tanaman pada jarak ± 3 cm dari batang tanaman tomat kemudian pupuk
ditutup tanah dan disiram dengan air. Pupuk Urea dan KCl tidak boleh
mengenai tanaman karena dapat melukai tanaman.
2.
Pemupukan kedua dilakukan ketika tanaman berumur 2-3 minggu sesudah
tanam berupa campuran Urea dan KCl sebanyak ± 5 gr. Pemupukan dilakukan
di sekeliling batang tanaman sejauh ± 5 cm dan dalamnya ± 1 cm kemudian
pupuk ditutup tanah dan disiram dengan air.
3. Bila pada umur 4
minggu tanaman masih kelihatan belum subur dapat dipupuk lagi dengan
Urea dan KCl sebanyak 7 gram. Jarak pemupukan dari batang dibuat makin
jauh yaitu ± 7 cm.
3.4.6. Penyiraman dan Pengairan
Kebutuhan
air pada budidaya tanaman tomat tidak terlalu banyak, namun tidak
boleh kekurangan air. Pemberian air yang berlebihan pada areal tanaman
tomat dapat menyebabkan tanaman tomat tumbuh memanjang, tidak mampu
menyerap unsur-unsur hara dan mudah terserang penyakit. Kelembaban
tanah yang tinggi dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan patogen
sehingga tanaman tomat dapat mati keracunan karena kandungan oksigen
dalam tanah berkurang. Pori-pori yang terisi oleh air mendesak oksigen
keluar dari dalam tanah sehingga tanah menjadi anaerob yang menyebabkan
proses oksidasi berubah menjadi proses reduksi. Keadaan tanah yang
demikian menyebabkan kerontokan bunga dan menyebabkan pertumbuhan
vegetatif berlebihan sehingga mengurangi pertumbuhan dan perkembangan
generatif (buah).
Kekurangan air yang berkepanjangan pada
pertanaman tomat dapat mengganggu pertumbuhan tanaman pada stadia awal,
mengakibatkan pecah-pecah pada buah apabila kekurangan air terjadi
pada stadia pembentukan hasil dan dapat menyebabkan kerontokan bunga
apabila kekurangan air terjadi selama periode pembungaan.
3.4.7. Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir dimaksudkan untuk mencegah tanaman tomat roboh. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1.
Ajir (lanjaran) terbuat dari bambu atau kayu dengan panjang antara
100-175 cm, tergantung dari varietasnya. Untuk penanaman dalam green house yang modern dapat menggunakan tali (warna putih) seperti yang terlihat dalam gambar sebelah.
2.
Pemasangan ajir dilakukan sedini mungkin, ketika tanaman masih kecil
akar masih pendek, sehingga akar tidak putus tertusuk ajir. Akar yang
luka akan memudahkan tanaman terserang penyakit yang masuk lewat luka.
Jarak ajir dengan batang tomat ± 10-20 cm.
3. Cara memasang ajir
bermacam-macam, misalnya ajir dibuat tegak lurus atau ujung kedua ajir
diikat sehingga membentuk segitiga. Agar tidak dimakan rayap, ajir
diolesi dengan ter atau minyak tanah.
4. Tanaman tomat yang telah
mencapai ketinggian 10-15 cm harus segera diikat pada ajir. Pengikatan
jangan terlalu erat yang penting tanaman tomat dapat berdiri.
Pengikatan dilakukan dengan model angka 8 sehingga tidak terjadi
gesekan antara batang tomat dengan ajir yang dapat menimbulkan luka.
Tali pengikat, misalnya tali plastik harus dalam keadaan bersih. Setiap
bertambah tinggi ± 20 cm, harus dilakukan pengikatan lagi agar batang
tomat selalu berdiri tegak.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1 Hama
1. Ulat buah tomat (Heliothis armigera Hubner)
Ciri:
panjang ulat ± 4 cm dan akan makin panjang pada temperatur rendah.
Warna ulat bervariasi dari hijau, hijau kekuning-kuningan, hijau
kecoklat-coklatan, kecoklat-coklatan sampai hitam. Pada badan ulat
bagian samping ada garis bergelombang memanjang, berwarna lebih muda.
Pada tubuhnya kelihatan banyak kutil dan berbulu. Telur berbentuk bulat
berwarna kekuning-kuningan mengkilap dan sesudah 2-4 hari berubah warna
menjadi coklat. Panjang sayap ngengat bila dibentangkan ± 4 cm dan
panjang badan antara 1,5-2,0 cm. Sayap bagian muka berwarna coklat dan
sayap belakang berwarna putih dengan tepi coklat. Gejala: ulat ini
menyerang daun, bunga dan buah tomat. Ulat ini sering membuat lobang
pada buah tomat secara berpindah-pindah. Buah yang dilubangi pada
umumnya terkena infeksi sehingga buah menjadi busuk lunak. Pengendalian:
(1) ngengat tertarik pada cahaya ultraviolet sehingga dengan sinar
tersebut diadakan perangkap; (2) telur dan ulat adapat dikumpulkan dan
dibakar atau dimatikan; (3) ditepi kebun ditanam jagung untuk mengurangi
serangan pada tanaman tomat; (4) tanaman liar disekitar areal
pertanaman tomat dibersihkan; (5) disemprot dengan insektisida misalnya Diazinon dan Cymbush.
2. Kutu daun apish hijau
Kutu
ini termasuk famili Aphididae dari ordo Hemiptera yang sering disebut
aphis tomat, aphis tembakau atau aphis kentang. Kutu hijau ini menjadi
vektor (penyalur) virus sehingga tomat dapat terserang penyakit virus.
Ciri: kutu ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Panjang kutu
yang bersayap antara 2-2,5 mm, kepala dan dadanya berwarna coklat
sampai hitam dan perutnya hijau kekuning-kuningan. Ukuran antena
sepanjang badannya. Panjang kutu yang tidak bersayap antara 1,8-2,3 mm
berwarna hijau kekuning-kuningan. Gejala: daun tomat yang diserang
bentuknya jelek, keriting, kerdil, melengkung ke bawah, menyempit
seperti pita, klorosis, mosaik dan daun menjadi rapuh. Pengendalian:
(1) penggunaan mulsa kertas dapat mengusir kutu karena memantulkan
sinar matahari; (2) tanaman liar maupun gulma di sekitar areal tanaman
tomat harus dibersihakn krena dapat menjadi tempat berlindung kutu; (3)
pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan cara dipijit
sehingga kutu aphis tersebut mati; (4) pengendalian secara kimiawi
dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida. Gambar sebelah atas
tampak alat penangkap serangga berwarna kuning.
3. Lalat putih (kutu kabut, kutu kepul)
Kutu
ini termasuk famili Aleyrodidae dari ordo Hemiptera. Kutu ini bila
terganggu akan berhamburan seperti kabut atau kepul putih. Ciri: Panjang
kutu putih dewasa hanya ± 1 mm berwarna putih kekuning-kuningan,
tertutup tepung seperti lilin putih, memiliki 2 pasang sayap berwarna
putih dengan bentangan ± 2 mm, dan bermata merah. Lalat putih betina
berukuran lebih besar daripada lalat jantan. Telur berbentuk elips
sepanjang antara 0,2-0,3 mm. Panjang pulpa ± 0,7 mm, berbentuk oval
serta datar dan badannya seperti sisik pada daun. Gejala: tanaman tomat
yang terserang seperti diselimuti tepung putih yang bila dipegang akan
berterbangan. Serangan mengakibatkan pertumbuhan tanaman
terhambat/kerdil, daun mengecil, dan menggulung ke atas. Pengendalian:
(1) digunakan musuh alami hama, misalnya beberapa jenis tabuhan yang
merupakan parasit lalat putih dan beberapa jenis lembing guna memakan
telur lalat putih; (2) gulma di sekitar tanaman tomat harus dibersihkan
supaya tidak menjadi inang lalat putih; (3) tanaman tomat terserang
virus harus segera dicabut dan dibakar; (4) pertanaman tomat dapat
diberi mulsa jerami atau mulsa plastik kuning; (5) disemprot dengan
Diazinon, Malathion, Azinpos-methyl dan lain-lain. Gambar di sebelah
atas tampak tergantung perangkap serangga berwarna hitam.
4. Kutu daun thrips
Kutu daun thrips termasuk famili Thripidae dari ordo Thysanoptera.
Ciri: panjang thrips antara 1-1,2 mm, berwarna hitam, bergaris merah
atau tidak bercak merah. Nimfa (thrips muda) berwarna putih atau putih
kekuningan, tidak bersayap dan kadang-kadang berbercak merah. Thrips
dewasa bersayap dan berambut berumbai-rumbai. Telur thrips berbentuk
seperti ginjal atau oval. Gejala: Thrips mengisap cairan pada permukaan
daun dimana daun yang telah diisap menjadi berwarna putih seperti perak
karena udara masuk ke dalamnya. Bila terjadi serangan hebat, daun
menjadi kering dan mati. Tanaman muda yang terserang akan layu dan mati.
Pengendalian: (1) tanaman yang kekurangan air lebih banyak diserang
thrips. Untuk itu, tanaman tomat harus disiram dengan air yang cukup;
(2) gulma di areal tanaman tomat harus dibersihkan agar tidak menjadi
tempat berlindung thrips; (3) disemprot dengan insektisida, misalnya
Diazinon, Malathion dan Monocrotophos.
5. Lalat buah
Lalat ini termasuk famili Trypetidae (Tephritidae) dari ordo Diptera.
Ciri: mempunyai sayap transparan sepanjang 5-7 mm, panjang badan 6-8
mm. Perut berwarna coklat muda dengan garis melintang berwarna coklat
tua, dada berwarna coklat tua dengan bercak kuning atau putih. Belatung
muda berwarna putih, tetapi bila dewasa berwarna kekuning-kuningan.
Panjang belatung ± 1 cm. Belatung ini terletak di dalam daging buah.
Telur lalat berukuran kecil-kecil, panjangnya ± 1,2 mm, kedua ujungnya
runcing, dan berwarna putih. Gejala: buah tomat menjadi busuk karena
terserang cendawan atau bakteri. Bila buah dibuka akan kelihatan ada
berenga berwarna putih. Berenga dewasa berwarna kekuning-kuningan dan
bila disentuh akan melenting sejauh ± 30 cm untuk menyelamatkan diri.
Pengendalian: (1) pada waktu mencangkul, tanah harus dibalik dan
dibiarkan beberapa hari sampai beberapa minggu agar terkena sinar
matahari sehingga pupa lalat mati; (2) ditangkap dengan menggunakan
umpan yang dapat memikat lalat jantan; (3) buah yang terserang segera
dipetik dan dibakar; (4) gulma di daerah pertanaman tomat harus selalu
dibersihkan.
6. Tungau bercak dua
Tungau ini
termasuk famili Tetranychidae dari ordo Acarina, disebut tungau bercak
dua karena pada punggungnya terdapat bercak yang letaknya sedikit ke
samping dan berwarna hitam. Tungau ini memakan berbagai macam tanaman
(kosmopolitan dan polyphag). Tungau ini terdapat dibalik permukaan daun
dengan sarang labah-labahnya. Tungau ini dapat menularkan virus.
Serangannya dapat terjadi pada musim kemarau. Ciri: bentuk luar tungau
berbentuk lonjong, berkaki delapan, panjang antara 0,3-0,4 mm dan
berwarna kuning pucat dengan bercak hitam pada kedua sisi samping
punggung. Mulutnya dapat untuk menusuk dan mengisap cairan tanaman.
Telurnya berukuran kecil-kecil bergaris tengah ± 0,15 mm. Gejala: daun
dan tunas menguning, selanjutnya menjadi coklat dan kering.
Pengendalian: (1) bila banyak hujan populasinya akan berkurang; (2)
gulma di areal pertanaman tomat harus selalu dibersihkan; (3) menanam
varietas tomat yang tahan tungau; (4) disemprot dengan Akarisida
misalnya, Omite, Kelthane, Bubur Kalifornia atau dihembus dengan tepung
belerang.
7. Tungau merah
Tungau ini termasuk
famili Tetranychidae dari ordo Acarina., disebut tungau merah/hama
merah karena daun tanaman yang diserangnya menjadi berwarna merah
karat. Ciri: tungau berkaki 8 dan besarnya 0,3-0,5 mm. Tungau betina
berwarna merah tua atau merah kecoklat-coklatan dengan beberapa bercak
hitam. Kaki dan mulutnya kelihatan putih transparan. Kepala menjadi
satu dengan dada. Mulutnya dapat untuk menusuk dan mengisap cairan dari
sel tanaman. Selain itu mulut dapat juga menggigit dan menggergaji.
Telurnya berukuran kecil, dengan diameter 0,15 mm, dan berwarna kuning
pucat atau sedikit kemerahan. Gejala: daun menjadi bercak-bercak merah
karat. Serangan sering terjadi pada musim kemarau. Serangan yang hebat
menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Dibalik daun tomat akan kelihatan
anyaman benang halus yang merupakan sarang tungau. Selanjutnya, daun
menjadi kering karena daun diisap cairannya. Pengendalian: (1) gulma di
areal pertanaman tomat harus dibersihakan agar tidak menjadi tempat
berlindung tungau; (2) menanam varietas tomat yang tahan tungau merah;
(3) alami, tungau akan dimangsa oleh predatornya, yaitu thrips predator
dan kumbang macan; (4) populasi tungau akan berkurang bila banyak
turun hujan; (5) disemprot dengan akarisida, misalnya Omite, Kelthan,
atau dihembus dengan tepung belerang.
8. Nematoda bengkak akar
Ciri:
bentuk nematoda bisul akar seperti cacing kecil sepanjang antara
200-1000 m. Untuk mengamati hama ini harus digunakan mikroskop. Pada
mulutnya terdapat stylet yang berbentuk seperti jarum runcing, untuk
menusuk dan menarik kembali cairan dalam mulut. Ukuran badan nematoda
betina sedikit lebih gemuk. Gejala: akar tanaman membengkak memanjang
atau bulat, akibatnya tanaman (akar) akan mengalami kesulitan mengambil
air dari tanah sehingga terjadi klorosis, yakni warna daun tidak
normal, pertumbuhan terhambat, layu, buah kecil serta sedikit dan cepat
menjadi tua. Serangan nematoda ini dapat mengurangi produksi sampai
50% atau lebih. Pengendalian: (1) dilakukan rotasi tanaman dengan
Tagetes patula atau Tagetes ercta yang menghasilkan tiophen guna
mematikan nematoda; (2) tanah dicangkul dan dibiarkan beberapa waktu
agar terkena sinar matahari; (3) tanah digenangi air yang cukup lama
supaya nematoda mati; (4) menggunakan bahan kimia Nematisida, misalnya
Furadan, Curater, Petrofur, Indofuran, dan Temik; (5) menanam varietas
tomat yang resisten; (6) tanaman yang terserang harus segera dicabut
dan dibakar; (7) gulma di areal tamanan tomat dibersihkan; (8) diberi
pupuk organik (pupuk kandang atau kompos).
3.5.2. Penyakit karena Cendawan
1. Penyakit layu fusarium
Infeksi
terjadi lewat akar, kemudian menyerang jaringan pembuluh. Jaringan
xylem yang terserang warnanya menjadi coklat dan serangan ini dengan
cepat menuju ke atas. Aliran air ke daun akan terhambat sehingga daun
akan layu dan menguning. Cendawa ini membentuk polipeptida
(likomarasmin) yang menggangu permeabilitas membran plasma, sehingga
perjalanan air dari bawah ke atas terhambat. Gejala: pada malam hari
sampai pagi masih kelihatan segar, tetapi setelah ada sinar matahari dan
terjadi penguapan, tanaman tersebut menjadi layu. Sore hari mungkin
masih dapat segar lagi tetapi keesokan harinya mulai layu lagi.
Akhirnya, tanaman layu akan mati. Pengendalian: (1) menanam varietas
tomat yang resisten (tahan); (2) diberi mulsa plastik transparan untuk
menaikkan suhu tanah agar penyakit fusarium mati; (3) menanam tanaman
tomat di tanah yang bebas nematoda; (4) menggunakan alat yang bersih
dari penyakit layu; (5) tanah yang telah ditanami tomat yang terserang
penyakit layu tidak boleh ditanami tomat dalam waktu lama dan tidak
boleh menanam tanman yang termasuk solanase; (6) tanaman yang layu harus
segera dicabut dan dibakar; (7) tanaman tomat disambung dengan cepokak
(Solanum torvum), atau terung engkol (Solanum macrocarpon).
2. Bercak daun septoria
Penyebab:
cendawan Septoria Lycopersici Speg. yang merusak daun dan menyerang
tanaman tomat yang masih muda ataupun tua. Gejala: terlihat bercak bulat
kecil berair pada kedua permukaan daun dibagian bawah. Bercak tersebut
berwarna coklat muda, kemudian menjadi kelabu dengan tepi kehitaman.
Garis tengah bercak ± 2 mm. Serangan yang hebat menyebabkan daun tomat
menggulung, mengering dan rontok. Pengendalian : (1) gulma dan sisa
tanaman tomat yang telah mati dibersihkan dan dibakar, jangan dipendam
dalam tanah; (2) dilakukan rotasi tanaman, dengan menanam tanaman lain
yang berbeda famili; (3) menanam tanaman tomat yang resisten; (4)
disemprot dengan fungisida misalnya, zineb dan maneb.
3. Penyakit kapang daun
Penyebab:
cendawan Fulvia fulva (Cke) Cif. atau yang menyebut Cladosporum fulvus
Cke. Gejala: mula-mula terlihat pada permukaan daun sebelah atas
terdapat bercak pucat (klorosis) Dibawah daerah klorosis, dibalik daun,
terbentuk spora-spora yang mula-mula berwarna kelabu muda kemudian
menjadi coklat atau hijau kekuning-kuningan. Penyakit ini mula-mula
menyerang daun-daun bagian bawah, kemudian menjalar ke daun sebelah atas
dan akhirnya seluruh tanaman terserang dan mati. Pengendalian: (1)
menanam tanaman tomat yang resisten; (2) jangan menanam pada waktu musim
hujan; (3) disemprot dengan fungisida , misalnya Mancozeb (Dithane M-45), Benemyl; (4) pengendalian secara biologis dapat menggunakan Penicillium brevicompactum, Trichoderma viride, Hansfordia pulvinata, dan Acremonium spp.; (5) melakukan rotasi tanaman.
4. Penyakit bercak coklat
Penyebab: Alternaria solani Sor.
Gejala: daun tomat yang terserang tampak bulat coklat atau bersudut,
dengan diameter 2-4 mm, dan berwarna coklat sampai hitam. Bercak itu
menjadi jaringan nekrosis yang mempunyai garis-garis lingkaran sepusat.
Jaringan nekrosis ini dikelilingi lingkaran yang berwarna kuning (sel
klorosis). Bila serangan mengganas, bercak akan membesar dan kemudian
bersatu sehingga daun menjadi kuning, layu dan mati. Bunga yang
terinfeksi akan gugur. Buah muda atau masak yang terserang penyakit ini
menjadi busuk, berwarna hitam, dan cekung, serta meluas ke seluruh
buah. Penyakit ini biasanya dimulai dari pangkal buah (ujung tangkai)
yang berwarna coklat tua dan cekung, bergaris tengah 5-20 mm dan
tertutup massa spora hitam seperti beledu. Pengendalian: (1) menanam
biji yang bebas penyakit atau biji terdesinfeksi; (2) tanaman yang
sakit segera dicabut dan dibakar; (3) bekas tanaman tomat, terung,
kentang, dan tanaman yang termasuk Solanase tidak boleh dipendam di
areal pertanaman tomat, tapi harus dikumpulkan di tempat lain dan
dibakar; (4) melakukan rotasi tanaman; (5) penyiraman harus menggunakan
air bersih yang tidak tercemar penyakit; (6) drainase harus diatur
dengan baik agar tanaman tidak tergenang air; (7) gulma di areal
pertanaman harus selalu dibersihkan; (8) pembibitan dan penanaman
jangan terlalu rapat; (9) disemprot dengan carbamat, zineb atau maneb.
5. Penyakit busuk daun
Penyebab:
cendawan Phytophthora infestans (Mont.) de bary. Gejala: daun tomat
yang terserang berbercak coklat sam,pai hitam. Mula-mula pada ujung atau
sisi daun, hanya tampak beberapa milimeter, tetapi akhirnya meluas
sampai ke seluruh daun dan tangkai daun. Penyakit ini mulai menyerang
pangkal buah, yang menimbulkan bercak berair yang berwarna hijau kelabu
sampai coklat. Pengendalian: (1) tanaman yang telah terserang segera
dicabut dan dibakar; (2) tanaman yang sakit tidak boleh dipendam di
areal pertanaman tomat; (3) menanam varoetas tomat yang resisten; (4)
melakukan rotasi tanaman; (5) tanah yang telah dicangkul dibiarkan
beberapa waktu agar terkena sinar matahari; (6) disemprot dengan
fungisida, misalnya Dithane M-45, Difolatan, zineb, propineb, atau
maneb.
6. Penyakit busuk buah Rhizoctonia
Penyebab: cendawan Thanatephorus cucumeris
(Frank) Donk. Gejala: muncul bercak cekung kecil berwarna coklat.
Bercak ini membesar dan timbul lingkaran-lingkaran sepusat. Warna bercak
menjadi coklat tua dan bagian tengahnya sering kali retak.
Pengendalian: (1) air pengairan harus bersih dan bebas penyakit; (2)
penanaman jangan terlalu dalam; (3) diberi lanjaran supaya buah tomat
tidak menyentuh tanah; (4) diberi mulsa plastik transparan; (5) menanam
varietas tomat yang resisten; (6) melakukan rotasi tanaman; (7) gulma
dan sisa-sisa tanaman sakit harus dibersihkan dan dibakar; (8) disemprot
dengan fungisida yang mempunyai bahan aktif chlorothalonil dengan
interval 7-8 hari sekali untuk menanggulangi timbulnya penyakit busuk
buah.
7. Busuk buah antraknosa
Penyebab: cendawan Colletotrichum coccodes
(Wallr.) Hughes. Penyakit ini dapat menyerang buah, batang dan akar
tanaman tomat. Gejala: buah tomat tampak ada bercak kecil berair, bulat
dan cekung yang makin membesar, berwarna coklat, kelihatan ada
lingkaran-lingkaran sepusat, dan kemudian menjadi hitam. Pada pangkal
buah kelihatan ada bercak ungu yang terletak dekat tangkai. Bila
serangan terjadi pada akar dan batang, warna jaringan cortex akan
menjadi coklat dan daun menjadi layu. Pengendalian: (1) sisa tanaman
sakit tidak boleh dipendam dalam tanah; (2) melakukan rotasi tanaman
selama 1-2 tahun; (3) diberi mulsa dan lanjaran agar buah tidak
menyentuh tanah; (4) menanam tanaman tomat yang resisten; (5) disemprot
dengan fungisida yang mempunyai bahan aktif kaptafol.
3.5.3. Penyakit karena Bakteri
1. Penyakit layu (Lendir)
Penyebab:
Pseudomonas solanacearum (E.F. Sm) E.F.Sm. Gejala: tanaman yang
diserang penyakit ini lebih cepat layu. Tanaman yang telah terinfeksi,
daunnya masih hijau tetapi kemudian tiba-tiba layu, terutama pucuk daun
yang masih muda, dan daun bagian bawah menguning. Tanaman yang
terinfeksi menjadi kerdil, daun menggulung ke bawah, dan kadang-kadang
terbentuk akar adventif sepanjang batang tomat. Tanaman yang terserang
biasanya akan roboh dan mati. Pengendalian: (1) melakukan rotasi tanaman
dan tidak boleh menanam jenis-jenis tanaman yang termasuk famili
Solanaceae; (2) gulma di areal pertanaman dibersihkan; (3) menanam
varietas tomat yang resisten; (4) tanaman disambung dengan batang bawah
cepokak; (5) tanaman disemprot dengan antibiotika; (6) tanaman yang
sakit dicabut dan dibakar; (7) tanah yang telah dicangkul dibiarkan
beberapa waktu agar cukup terkena sinar matahari.
2. Kerak bakteri, bercak bakteri
Gejala:
adanya bercak berair kecil pada daun dan batang; bercak berair ini
akan mengering, cekung dan berwarna coklat keabu-abuan garis tengah 1-5
mm; tanaman tomat yang terserang daun-daunnya mengeriting ke bawah dan
mengering; batang yang terluka menyerupai kerak panjang dan berwarna
keabu-abuan; daun yang terserang mengalami klorosis dan gugur; pada buah
yang terserang mula-mula kelihatan bercak berair, kemudian berubah
menjadi bercak bergabus. Pengendalian: (1)melakukan rotasi tanaman
dengan tanaman yang berbeda famili; (2) menanam biji dari tanaman tomat
yang sehat; (3) menanam tanaman tomat yang resisten; (4) tanaman yang
sakit harus segera dicabut dan dibakar; (5) tanaman tomat yang mati
tidak boleh dipendam dalam tanah; (6) menyiram tanaman dengan air yang
bersih dan bebas penyakit.
Selain penyakit-penyakit diatas ada
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus seperti penyakit mosaik
tomat, penyakit mosaik mentimun dan penyakit yang disebabkan oleh
non-parasit (fisiologis) seperti penyakit busuk ujung buah, penyakit
luka terbakar matahari, penyakit retak, penyakit kantong dan penyakit
kelebihan dan kekurangan unsur hara. Penyakit yang menyerang tanaman
tomat varietas Artaloka adalah penyakit busuk daun.
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Pemetikan
buah tomat dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur 60-100 hari
setelah tanam tergantung pada varietasnya. Varietas tomat yang
tergolong indeterminatre memiliki umur panen lebih panjang, yaitu
berkisar antara 70-100 hari setelah tanam baru bisa dipetik buahnya.
Penentuan waktu panen hanya berdasarkan umur panen tanaman sering kali
kurang tepat karena banyak faktor lingkungan yang mempengaruhinya
seperti: keadaan iklim setempat dan tanah. Kriteria masak petik yang
optimal dapat dilihat dari warna kulit buah, ukuran buah, keadaan daun
tanaman dan batang tanaman, yakni sebagai berikut :
a) kulit buah berubah, dari warna hijau menjadi kekuning-kekuningan.
b) bagian tepi daun tua telah mengering.
c) batang tanaman menguning/mengering.
Waktu
pemetikan (pagi, siang, sore) juga berpengaruh pada kualitas yang
dipanen. Saat pemetikan buah tomat yang baik adalah pada pagi atau sore
hari dan keadaan cuaca cerah. Pemetikan yang dilakukan pada siang hari
dari segi teknis kurang menguntungkan karena pada siang hari proses
fotosintesis masih berlangsung sehingga mengurangi zat-zat gizi yang
terkandung. Disamping itu, keadaan cuaca yang panas di siang hari dapat
meningkatkan temperatur dalam buah tomat sehingga dapat mempercepat
proses transpirasi (penguapan air) dalam buah. Keadaan ini dapat dapat
menyebabkan daya simpan buah tomat menjadi lebih pendek.
3.6.2. Cara Panen
Cara
memetik buah tomat cukup dilakukan dengan memuntir buah secara
hati-hati hingga tangkai buah terputus. Pemutiran buah harus dilakukan
satu per satu dan dipilih buah yang sudah matang. Selanjutnya, buah
tomat yang sudah terpetik dapat langsung dimasukkan ke dalam keranjang
untuk dikumpulkan di tempat penampungan. Tempat penampungan hasil panen
tomat hendaknya dipersiapkan di tempat yang teduh atau dapat dibuatkan
tenda di dalam kebun.
3.6.3. Periode Panen
Pemetikan buah
tomat tidak dapat dilakukan sampai 10 kali pemetikan karena masaknya
buah tomat tidak bersamaan waktunya. Pemetikan buah tomat dapat
dilakukan setiap selang 2-3 hari sekali sampai seluruh tomat habis
terpetik.
3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Buah
tomat yang sudah dipetik dan terkumpul harus segera dibersihkan dari
segala kotoran yang menempel dari permukaan kulitnya, baik berupa debu,
percikan tanah, maupun sisa-sisa pestisida dan pupuk daun yang
disemprotkan pada saat pemeliharaan tanaman. Buah tomat dapat dicuci
dengan zat kimia pembersih kotoran dan residu pestisida, yaitu zat
neutral cleaner brogdex dan britex wax. Dengan pencucian buah menjadi
bersih dari segala kotoran dan terlindung dari kuman-kuman penyakit,
serta dapat menurunkan temperatur dalam buah sehingga proses respirasi
dalam buah dapat terhambat.
3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Setelah
buah tomat dibersihkan dari kotoran, maka selanjutnya yang harus
dilakukan adalah penyortiran dan penggolongan. Penyortiran dilakukan
dengan cara memisah-misahkan buah tomat yang berukuran besar dan sehat
dari buah-buah tomat yang berukuran kecil dan sehat, buah-buah tomat
yang berukuran besar atau kecil tetapi terdapt cacat atau tidak sehat.
3.7.3. Penyimpanan
Teknik
penyimpanan untuk mempertahankan kesegaran buah tomat dalam waktu yang
lama pada prinsipnya adalah menekan sekecil mungkin terjadinya
respirasi (pernafasan) dan transpirasi (penguapan) sehingga menghambat
terjadi enzymatis/biokimia yang terjadi dalam buah. Dengan demikian,
kematangan buah dapat tertunda sampai beberapa hari.
Cara atau teknik penyimpanan buah tomat yaitu :
a) Penyimpanan dalam ruangan bertemperatur rendah (48-50 derajat F) dengan mengatur suhu ruangan (85-90%).
b) Penyimpanan dalam ruangan berventilasi tanpa pengatur suhu.
c) Penyimpanan dalam ruangan vakum (tanpa udara).
d) Penyimpanan dengan meredam kedalam air yang mengalir atau tidak mengalir.
e) Penyimpanan dengan timbunan es.
3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan
dan pengangkutan merupakan dua kegiatan yang berkaitan erat dalam
usaha melindungi buah tomat dari kerusakan mekanis (gesekan atau
benturan selama pengangkutan). Oleh karena itu, proses pengemasan dan
pengangkutan harus dilakukan dengan baik dan hati-hati agar buah tomat
yang telah dipertahankan mutunya pada tahapan pembersihan, penyortiran
dan penggolongan, dan penyim-panan, masih tetap dapat dipertahankan pada
tahapan pengemasan dan pengangkutan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengemasan adalah:
a) Alat pengemas harus bersih.
b) Alat pengemas sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat tetapi ringan.
c) Pengemasan buah tomat tidak boleh melebihi daya tampung alat kemas.
d) Hindarkan paku yang menonjol keluar atau papan yang tidak rata didalam alat pengemas.
e)
Berilah pelindung pada dasar dan tepi alat pengemas dengan bahan
pelindung dari bahan jerami yang kering atau guntingan-guntingan kertas.
f) Alat kemas harus memiliki lubang-lubang ventilasi pada dindingnya.
g) Susunlah buah tomat serapi mungkin didalam alat pengemas sesuai dengan daya tampungnya.
h) Tutuplah peti pengemas dengan diikat atau dipaku agar kuat.
IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1.
Gambaran Peluang Agribisnis Buah tomat sebagai salah satu komoditas
sayuran mempunyai prospek pemasaran yang cerah. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya buah tomat yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Potensi
pasa buah tomat juga dapat dilihat dari harga yang terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, sehingga membuka peluang lebih besar
terhadap serapan pasar. Peningkatan jumlah penduduk,bpendidikan,
kesadaran gizi dan meningkatnya pendapatan masyarakat juga akan
meningkatkan kebutuhan buah tomat. Selain itu, meningkatnya kemajuan di
bidang industri pengolahan akan berperan terhadap besarnya serapan
pasar buah tomat dan meningkatnya kemajuan di bidang transportasi akan
lebih menunjang pemasarannya.
sumber : atanitokyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar